Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Siapa Itu Guru?






Guru itu ujung tombak pendidikan. Pantas saja, bagaimana mungkin pendidikan akan berkualitas bilamana pendidiknya sendiri tidak memiliki kualitas? Atau paling tidak, guru itu memiliki standar tertentu yang dibuat khusus untuk guru, sehingga cita-cita akan hadirnya pendidik yang profesional akan terbuka lebar. Dengan begitu, pendidikan berkualitaspun akan turut hadir.

Guru itu adalah seoarng yang memiliki ilmu. Ilmu yang dimilikinya dibagikan kepada anak didiknya, yang dalam konteks pendidikan anak didiknya itu disebut sebagai peserta didik. Guru itu mengajar tanpa batasan, tiada kenal waktu, tiada kenal tempat. Maksudnya adalah bahwa guru itu pada dasarnya memiliki tugas mendidik, maka dia disebut dengan sebutan pendidik. Mendidik bukan hanya berarti mengajarkan ilmunya, melainkan mendidik anak didiknya dengan ilmu. Mendidik tentu lebih luas dari sekedar melakukan transfer ilmu. Contoh kecil misalnya, seseorang melakukan transfer ilmu kepada orang lain. Orang yang memberikan ilmu (Transfer ilmu) itu disebut sebagai guru karena ilmu yang dibagikannya. Sedangkan si penerima ilmu itu disebut sebagai murid atau anak didik karena dia bersifat penerima (yang menerima ilmu). Kegiatan itu tergolong dengan belajar, atau yang sering disebut dengan kegiatan belajar mengajar. Namun, bila dilihat dengan seksama, kegiatan tersebut belum tentu mendidik. Mendidik pada konsepnya adalah meberikan segala hal yang baik terhadap peserta didiknya. Mendidik itu tidak pada batasan materi yang diajarkannya, tidak pada batasan waktu yang ditentukan dengan roster-roster, tidak pada tempat tertentu. Bisa saja, mendidik itu melalui telepon genggam (Handphone), melalui media email, atau lain sebagainya. Contoh kecil lain memberikan nasihat misalnya, yang pada kegiatan memberi nasihat itu tidak termasuk dalam materi yang disajikan. Artinya, tidak ada batasan jadwal pelajaran atau materi dalam hal ini.

Lantas, ilmu yang bagaimana yang seharusnya diberikan seorang guru? Maka disini mengikut pada pendapat Imam Al-Ghazali dalam buku Filsafat Pendidikan Islam karangan Ramayulis yang menerangkan bahwa ilmu dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ilmu Wajib dan Ilmu Fardu Kifayah. Apa beda dari kedua ilmu yang dimaksudkan itu? Simak penjelasannya.

Ilmu Wajib.
Ilmu wajib yang dimaksudkan oleh Imam Al-Ghazali dalam buku karangan Ramayulis itu adalah ilmu yang seharusnya dipelajari setiap insan manusia. Ilmu itu tidak bisa diwakilkan dengan oranglain sebagai gantinya. Setiap orang harus mempelajari ilmu itu. Bilamana dia tidak mempelajari ilmu itu, maka tiada artinya dia hidup di dunia ini. Ilmu itu adalah ilmu ke-Islaman. Ilmu yang mempelajari tentang ke-Islaman, ke-Tuhanan (Tauhid), agama, dan lain sebagainya tentang keyakinan. Penulis meyakini manusia tanpa adanya keimanan di dalam dirinya akan hangus binasa layaknya abu yang berterbangan di jalan, terbang tiada arti.

Ilmu wajib ini sangat bermanfaat bagi setiap manusia. Dengan ilmu wajib yang dipelajari manusia, akan mampu mengarahkan hidup manusia itu sendiri. Sebab, pada akhirnya manusia itu akan mengerti akan tujuan hidup yang sebenarnya. Tentunya dengan menekuni keilmuan Islam.

Ilmu Fardu Kifayah
Sesuai dengan namanya, ilmu Fardu Kifayah merupakan ilmu yang wajib pula, namun dengan syarat dan ketentuan tertentu. Wajib dikatakan bilamana tidak seorangpun yang menguasainya atau mempelajarinya. Sebaliknya, bila sebagian orang saja sudah mempelajarinya, maka bebaslah sebagian oranglainnya untuk tuntutan wajib mempelajarinya. Ilmu Fardu Kifayah ini juga tak kalah pentingnya bagi hidup orang manusia. Contoh kecil dari ilmu Fardu Kifayah ini adalah ilmu kedokteran misalnya. Ilmu kedokteran, bila sebagian orang atau sekelompok orang sudah mempelajarinya, maka sebahagian orang lainnya dirasa tidak perlu untuk mempelajarinya lagi. Bagaimana mungkin bila semua orang mempelajari tentang ilmu kedokteran? Bisa-bisa manusia di muka bumi dipenuhi dengan para dokter-dokter. Lantas, siapa yang akan menjadi pasiennya? atau siapa yang akan menjadi arsitekturnya untuk membangun rumah sakit tempat para dokter-dokter itu bekerja?

Arsitektur juga misalnya, itu merupakan keilmuan Fardu Kifayah. Bilamana sebagian orang sudah mempelajarinya, maka tidak perlu sebahagian orang lainnya mempelajarinya kembali. Keduanya akan saling berkaitan. Arsitektur akan membangunkan rumah sakit untuk dokter-dokter itu bekerja, sedangkan dokter-dokter itu bekerja menyembuhkan pasien-pasiennya di rumah sakit yang dibuatkan arsitektur itu. Tentu, alasan ini sangat masuk akal dan begitu logis.

Berdasarkan dua aspek ilmu di atas, maka dapatlah dipahami bahwa keilmuan yang sejatinya dimiliki seorang guru tak lepas dari keilmuan di atas. Terbukti bahwa dengan satu orang guru dapat menciptakan berbagai manusia, dari yang tidak tahu apa-apa menjadi dokter, dari yang tidak memiliki ilmu apa-apa, kini menjadi tentara, dari yang tidak tahu apa-apa kini menjadi Pegawai. begitu luarbiasanya seorang guru yang mencerdaskan anak-anak yang bukan anaknya demi kepentingan bangsa dan negara.

Guru itu sejatinya memiliki dua keilmuan di atas. Walau pada aspek yang cukup luas, paling tidak guru telah mampu menghantarkan manusia ke gerbang profesi. Masalah mendalami profesi itu, tentu kembali kepada peseta didik masing-masing. Guru hanyalah memberikan pendidikan yang baik kepada anak, mengenalkan dan menanamkan cita-cita terhadap anak didik, sehingga anak itu sendiri akan terbangun cita-citanya yang akan memancing sikap untuk merain cita-cita yang diharapkan. Melihat hal ini, kualitas guru tentu sangat dipandang penting dalam perbaikan kualitas manusia.





R2 Creative
R2 Creative Situ membahas tentang pendidikan. Facebook

Post a Comment for "Siapa Itu Guru?"